Tradisi Unik di Lapau Babe, Makan Gadang Ala Minang Kabau
Agam,Banua Minang.com- Tradisi Unik di Lapau Babe, Makan Gadang Ala Minang Kabau
Sekelompok masyarakat yang berdomisili di Jorong Patangahan dan sekitarnya yang ada di nagari Koto Tangah kecamatan Tilatang menggelar makan bersama di atas daun pisang di Lapau BABE atau ” Banda Bengkok” dengan pemiliknya dipanggil akrab dengan Da Am/Ipar Ayam pada 22:00 WIB Jum’at (28/04/23)
Minangkabau tak pernah habis menjadi buah bibir dengan segala keunikan maupun kekhasannya mulai dari alam, adat istiadat dan tradisi serta keunikan lainnya yang tidak mampu disebutkan satu persatu, dan salah satunya adalah makan bersama diatas daun pisang oleh beberapa daerah menyebut (Makan Gadang, Bagadang) tradisi Unik ini sudah turun temurun sejak jaman dahulu sampai hari ini masih kita lihat diberbagai tempat Salah satu tradisi lama yang saat ini adalah makan bersama di atas daun pisang yang dijulur memanjang dengan beragam lauk pauknya disesuaikan dengan kemampuan dompet dan selera bagi para penikmat.
Dalam salah satu literatur menyebutkan bahwa makan bersama merupakan kebiasaan orang Arab pada jamannya bahkan sampai sekarang. Seperti kebiasaan Rasulullah sering makan bersama anak istri dan sahabatnya dalam satu talam besi dan tembaga dengan menyuap menggunakan tangan kosong.
Sejalan dan berkembang pesatnya agama Islam di Minangkabau makan bersama di dalam satu wadah besar atau di atas daun pisang kemudian diikuti oleh para santri yang menimba ilmu agama di langgar,surau, dan pondok pesantren.
Sementara istilah yang dipakai untuk menyebut makan bersama berbeda-beda di minangkabau ada yang menyebut “(Makan Gadang, makan begadang,dll) dimana daun pisang di susun memanjang mengikuti alur daun pisang dengan disertai lauk pauk dengan sensasi pedas asam kemudian disantap secara bersama saling berhadap-hadapan sambil duduk dan bahkan berdiri disesuaikan dengan sikon” ujar Da Wan dan Da Hendri usai makan sembari ngobrol santai sambil menikmati ” kopi Steng”. Kopi dengan harga miring /. takaran kecil namun tetap memberikan sensasi yang nikmat apalagi dibalut dengan rokok sebatang memberikan nuansa bathin penuh pesona.
Seperti dalam pantauan tim juru tinta Banua Minang tradisi makan diatas daun sudah diadopsi berbagai kalangan bahkan hotel, ,restoran, dan cafe yang dikemas dengan cirikhas yang berbeda dengan maksud menarik minat dan selera bagi pengunjung.
Makan bersama diatas daun bukan hanya sebagai wadah pelepas selera semata disisi lain memberikan kesan dan makna yang mendalam karena lebih mengedepankan nilai silaturahmi, kebersamaan, persatuan, gotong royong tanpa memandang latar belakang atau status sosial kemasyarakatan hal ini dapat kita lihat disaat menyediakan bahan, memasak, sampai menyajikan
Selain syarat dengan makna makan diatas daun pisang dipercaya bisa terhindar dari beberapa penyakit seperti kangker, asam urat dan sejenisnya kegiatan ini juga sangat efektif dan efisien baik dari segi waktu karena dikerjakan bersama baik mengupas bawang, menggiling cabe, meracik bumbu lainnya dan yang paling unik tenaga dilakukan kaum Adam termasuk dari segi biaya sangat irit karena bisa patungan bila sponsor/ donatur tunggal tidak ada , usai makan pun tidak perlu repot-repot mencuci dan membersihkan peralatan makan minum.
Apapun dan bagaimanapun Adat dan budaya harus senantiasa dijaga dan dilestarikan karena disana watak dan karakter manusia yang beradab ditempa dan diasah ,bukan hanya sekedar suarakan slogan kosong dan beracun.
M.Yaman
Editor : Ridwan